Makan Darah Part 1

Senin, 12 Maret 2012
Sebagai orang kristen, masih bolehkah kita makan darah?
Makanan ini memang enak. Saya sendiri pernah makan darah sewaktu belum menjadi kristen. Dalam kepercayaan saya yang dulu, tidak ada apapun yang dilarang buat dimakan. Saya masih ingat sewaktu kecil. Dulu ayam ras terbilang sangat jarang, apalagi ayam potong tanpa bulu yang dapat kita lihat sekarang ini di pasar-pasar tradisional.

Jadi kalau kita mau makan ayam, maka yang dimasak adalah ayam kampung. Ayam ini pun diolah sendiri dari mulai memotongnya sampai memasaknya. Biasanya sewaktu di potong, darah ayam ini akan di tampung untuk nantinya dimasak juga.

Masakan darah yang menjadi favorit saya dulu adalah darah yang di potong kotak-kotak kecil, dimasak bersama dengan daun kucai dan sedikit buah nanas. Wahh.... masakan itu enak sekali....

Nah, mengingat banyaknya orang-orang kristen sekarang ini bukan cuma hasil dari kelahiran saja,  namun cukup banyak yang merupakan hasil dari pilihan iman, maka sudah tentu memori-memori tentang enaknya makan darah tersebut masih tersimpan dalam kenangan mereka. Sekarang dengan telah menjadi kristen, apa yang sebaiknya kita lakukan? Apakah kita tetap makan darah sesuai dengan kebiasaan kita dulu? Bukankah segala sesuatunya telah di halalkan?

I Korintus

6:12. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.

Ayat ini mengatakan bahwa segala sesuatunya adalah halal. Artinya kita tetap dapat makan darah donk?

Yah, memang ayat yang satu ini telah menjadi favoritnya para pemakan darah (vampir.... kali yah?). Sebab ayat ini sepertinya telah membela kepentingan mereka. Sebagai manusia, pandangan kita memang akan sangat positif sekali terhadap apapun yang kita rasakan dapat membela kepentingan kita. Lain halnya bila sebaliknya. Maka kita akan mencoba menelitinya dengan seteliti-telitinya, bukan dengan maksud yang jujur, tetapi moga-moga ada cela yang dapat membenarkan keinginan kita itu.

Ayat ini mengatakan segala sesuatu halal bagiku, namun, tidak semua yang halal bagiku itu berguna bagi kehidupanku. Kalau kita mau jujur, seharusnya kita tidak boleh mengartikannya dari sudut pandang dalam hal makanan saja. Tetapi justru kita harus melihat konteksnya, apa sebenarnya maksud dari ayat tersebut secara menyeluruh. Apakah benar ayat itu membicarakan tentang makanan?

Kita perhatikan ayat ini baik-baik.
............................................................

0 komentar:

Posting Komentar

Thanks...
JESUS Love u

Pengikut